Natural

· 2 minute read

Natural. Kalau kita mendengar itu, pasti langsung kepikiran sesuatu yang hijau, ramah lingkungan, dan baik untuk dilakukan. Tapi, kalau kita manusia tetap menggunakan natural untuk hidup, kita bakal stay di hukum rimba.

Manusia sebenarnya memiliki sifat natural seperti hewan. Poligami, instinct to kill for food and resources, rakus, dll. Kalau kita tetap membiarkan ke-naturalan kita itu bekerja, peradaban enggak bakalan bisa kayak sekarang. Tetap di jaman batu kita. Mungkin bisa jauh lebih mundur.

Sesuatu yang tidak natural banyak yang memudahkan hidup kita. Contoh komputer. Apakah itu sesuatu yang natural? Harusnya kalau natural mah nulis kalian semua di daun lontar.

Waktu kita baru lahir, sifat kita masih 100% natural. The first society yang kita temui adalah keluarga. Keluarga ibarat mini society, ada peraturan, ada hukuman, ada adat. Darisana ke-naturalan ditahan agar berkembang sesuai peradaban yang sudah ada.

Aku sering men-state untuk “ignore society-ignore society”. Tapi untuk di level paling bawah ini, society tetap kita butuhkan supaya kita tidak menjadi barbar karena nature dari manusia itu sendiri. Ada level dimana kita mesti “ignore society”.

Semua aturan didunia ini, termasuk agama tujuannya adalah menahan sifat negatif nature manusia, supaya bisa sejalan dengan society. Para pembuat peraturan sudah melakukan riset, trial dan error, dapat ilham mungkin yang mana nature manusia yang seharusnya tidak patut untuk dilakukan. Darisana dibuat aturan, tersurat maupun tersirat, sehingga menjadi peradaban seperti sekarang ini. This type of order yang membangun peradaban, dengan mendifinisikan ulang sifat-sifat manusia yang “baik” yang harus dilakukan.

Insting. Ini salah satu bukti bahwa kita masih memiliki nature seperti hewan. Insting adalah sinyal decision making yang di trigger berdasarkan dari pengalaman yang diblend dengan nature mereka.

comments powered by Disqus