Nimbrung kayak om-om

· 2 minute read

Om-om suka nimbrung. Pokoknya ada stereotype dia suka ngobrol. Apapun. Sekedar basa-basi, atau terkadang ada sebuah common interest diantara om-om ini kayak bola, politik, berita musibah dan lain-lain yang pokoknya bikin nyambung aja.

Walaupun orang tersebut layak berada pada usia om-om, tapi yang dimaksud om-om disini itu, pria paruh baya yang suka nimbrung, yang mereka ngobrol aja lah pokoknya. Hard to describe tapi aku percaya, kalian tau “om-om” itu kayak gimana.

Menjadi om-om nimbrung ini, negatifnya lebih sedikit daripada positifnya. Negatifnya mungkin, kita suka ngobrol sampai kadang suka lupa ngerem, yang harusnya tidak diceritakan, di ceritakan. Positifnya, tentu saja informasi. Sedikit aku jelasin tentang pentingya bersosial disini:

Bersosial

Lalu bagaimana kita supaya bisa menjadi om-om nimbrung? Sebenarnya pertanyaannya kurang lebih sama dengan bagaimana kita bisa bertahan dalam suatu pembicaraan. Ya hal yang paling obvious adalah kita harus interested terhadap topik dari pembicaraan itu.

Tapi om-om ini mereka bisa nyambung, pertama memang beneran interested. Kedua, mereka ada hasrat ingin ngobrol dan mendengarkan. Kalau bisa interested, yaa tentu nyambung ya, kalau cuma mau ngobrol aja, banyak yang bisa kita lakukan. Misal ada satu sentence, atau satu kata aja lah, lalu bawa konteks itu ke konteks yang kita paham, sambung nyambung seperti menjalin.

Also, kalau kita mau nge-force diri kita, di suatu momen, ingin menjadi “om-om nimbrung”, ya pakai willpower kita. Ingat benefitnya. Benefitnya kada obvious, kadang lagi kayak kita jadi “terlihat” di suatu kelompok. Ikut ngumpul, daripada menyendiri dipojokan. “Terlihat” ini ada benefit yang bisa tumbuh darisana, paling jelas ya networking di masa depan.

Aku bukan salah satu om-om nimbrung, tapi aku banyak sekali ngeliat fenomena ini. Aku beberapa hari lalu mencoba sekali buat ikut ajalah. Langsung dapet benefitnya. Aku jadi punya kenalan guide travel tourist local dan mancanegara. Aku jadi tau gimana struggle dan bisnisnya mereka. Aku tuker kontak, buat nanti-nanti siapa tau ada kerabatku yang ingin liburan ke Bali.

comments powered by Disqus