Note taking

· 2 minute read

Ada momen di jendela hidupku aku suka banget mendokumentasikan sesuatu.

Semua didokumentasikan, setiap article di internet aku bookmark dengan folder yang rapi. Aku riset-riset note taking apps yang populer dan recommended. Aku udah make sekedar ios notes, evernotes, obsidian, notion dan banyak lainnya.

Aku bikin rapi semua, semua di grupin ke folder, semua rapi. Semua terdokumentasi. Journaling, todo list, notes kerja, notes meeting, notes pribadi, dokumentasi semua harus ada.

Sangat menyenangkan melihat catatan-catatan rapi. Kadang-kadang habis nyatet, aku suka buka-buka notes-notes lain untuk membanggakan seberapa rapi sistem dokumentasi yang aku ciptakan

At some point lebih lama ngerapiinnya daripada mencatatnya at some point. I lost motivation.

Tapi akhirnya aku sadar, hampir 70% notes yang aku catat tidak pernah aku buka lagi. Dan dari sini akhirnya aku tidak terlalu in-to dalam pencatatan.

Yang dulunya folder isi sub folder, sub folder isi sub folder, sub folder lagi alias nested folder sampe 5 tingkat. Sekarang cukup 2 tingkat.

Yang dulunya harus catat setiap konten penting yang ada diinternet, terus harus si rewrite, sekarang cukup simpan linknya aja.

Yang dulunya, setiap pages harus atomic, sekarang setiap page gapapa isi beberapa konten yang masih relevan tapi melenceng.

Tapi yang jelas, ada satu hal yang tetap aku gunakan: Fitur Search.

Mau apa-apa tinggal search, itu yang penting. Enggak inget apa yang perlu di search? Berarti notes itu gak penting buatku.

Selama ada fitur search, notesku tidak perlu serapi itu. Yang penting tersimpan, dah itu cukup.

Apakah salah dibikin rapi gitu? Enggak lah. Kalau niat yaa dibikin aja rapi. Balik lagi fungsinya.

comments powered by Disqus