Kemarin aku makan-makan bareng gf dan temen2nya. Di cafe itu ada sewa VR, jadi mereka pada main. Dia amaze karena VR kok bisa se-real itu. Aku pernah nyoba VR dulu waktu di lab kampus, itu memang se-real itu. Padahal konsep VR itu sederhana. Ada layar yang ditempel di deket mata kita, sedekat dan sepas mungkin. Udah gitu aja. Tapi tentu itu simplified. Yang paling sederhana coba dah search google cupboard.
Otak kita ini pintar, tapi seringkali dia bego. Karena cuma perubahan enviroment sederhana yang baru, dia udah bingung menentukan reality. Tapi kalau kita coba itu terus, sering-seringin menggunakan VR, pasti otak bakal belajar.
Aku kemarin nonton attorney woo. Ceritanya seorang yang memiliki high functional autism menjadi pengacara. Ada satu monolog yang menarik: “Aku ini pintar dan bodoh”. “Aku pintar karena bisa menghafal 1 buku hukum yang tebal di umur 5 tahun, tapi aku bodoh karena tidak bisa menggunakan pintu putar ini”
Otak kita unik. Aku percaya perbedaan kita dengan saudara kita yang autis adalah perbedaan cara response /belajar/bekerja otak. Aku juga percaya kalau sesuatu terus dicoba, using our own way, kita akan teteap bisa untuk menggapainya. Sama halnya dengan attorney woo yang akhirnya bisa menggunakan pintu putar di percobaan ke-3. Dengan sedikit bantuan menari menggunakan ketukan detik.
Otak memang pintar, bego dan unik