Paid = Commitment

· 2 minute read

Tahun 2020, aku nonton youtube dunia ade rai. Cukup intens. Tapi sekarang udah enggak karena aku udah mendapatkan apa yang aku cari. Dari 10k sub, sekarang udah 500k.

Kadang aku ngerasa, konten ini lo udah rich banget. Latihan, diet, mindset semua ada. Bahkan sampai detail kaya cara biceps curl yang bener, atau cara makan di warung padang agar diet tetap jalan juga ada. Tinggal diikutin aja.

Tapi kenapa orang tetep gak bisa melakukan itu, atau kenapa tetep ada orang yang perlu bayar mahal-mahal untuk diet coach dan personal trainer? Simple, karena bayar.

Dengan membayar ada efek psikologis semacam kita harus niat karena udah bayar dan biar gak rugi. Selain itu dengan bayar merasa service dan konten yang diharapkan akan lebih precious. Tentu saja itu bener, tapi juga ada yang enggak.

Let say, konten ade rai ini gratis. Terus ada orang yang modif dikit, rebranding dikit lalu untuk ngakses kita harus bayar. Isinya sama, tapi entah kenapa serasa lebih berharga konten yang berbayar itu.

Faktanya psikologis “bayar” ini udah banyak digunakan sebagai taktik untuk meningkatkan pendapatan. Tapi sebenarnya gak salah juga. Kita memberikan value, terus dibayar. Win-win. Tapi sebagai buyer sebenarnya yang gratis disana ada, tapi tetep kita beli sometimes bukan karena valuenya, tapi sebagai komitmen.

Trick ini bisa kita terapkan sebenarnya. Kalau mau menciptakan habit. Financial loss when skip streak. Misal kalau skip streak, nraktir temen. Atau bahkan kebalikannya. ngin mengurangi emotional eating. Setiap mau ngegojek, alokasikan uang buat beli makanan itu untuk ditabung, terus satu bulan kemudian itung uang itu dan belanjakan dengan barang atau jasa yang lebih bermanfaat. Financial gain/loss as motivation and commitment

comments powered by Disqus