Pamrih

· 2 minute read

Kalau kamu ingin membantu orang jangan pamrih. Kalau kamu ingin minta bantuan dari orang, anggap bahwa orang itu pamrih.

Kita sering dikasi tau bahwa ikhlaslah tanpa pamrih ketika melakukan sesuatu. Tapi dari sini muncul mindset orang lain akan melakukan hal yang sama. Mayoritas tidak.

Kalau kamu dulu pernah membantu seseorang. Lalu sekarang kamu yang butuh bantuannya dia. Kamu bilang “Kan dulu kamu sudah aku bantu, jadi sekarang bantu aku lah”. Konteks itu, dengan kata-kata dan gesture yang sangat ramah sekalipun, orang itu bakal jadi males.

Karena reason itu, harus datang dari si penolong. Kalau kita yang membawa reason itu sebagai “offer” untuk diminta pertolongan, yang minta tolong bakal ilfeel.

Offer sesuatu yang lain, offer sesuatu yang memang memberikan benefit kepada orang itu. Misal, kalau kamu minta tolong untuk masukin anak mu sekolah, berikan offer bantuan yang ada dibidangmu, dokter, atau pedagang mungkin.

Terus apakah kita sebagai penolong harus pamrih? Enggak juga, rasa ikhlas itu harus datang dari diri kita, bukan dipaksa oleh orang lain. Karena kalau datang dari orang lain, itu bukan ikhlas namanya.

Kalau kalian dimintain tolong, tapi ternyata itu adalah sesuatu yang kalian kerjain secara professional. Direct aja bilang, dengan konteks “aku gak bisa kasi ini secara cuma-cuma,", “apa yang bisa kamu berikan? Gak usah tersirat-tersirat

Pamrih enggak salah. Terus kepada siapa kita harus tidak pamrih? Menurutku possibilitas yang paling mendekati adalah anak dan orang tua, spouse juga. Keluarga secara besar jujur aku tidak masukan karena, dunia ini tidak se-ideal itu.

comments powered by Disqus