Ada issue dari dulu di Bali di mana para bule, kerja di bali dan lebih sukses. Di mulai dari mereka yang ngeresell barang, karya-karya seni dari orang local di resell ke luar negeri dengan harga yang berkali-kali lipat. Ada yang digital nomad, tapi gak bayar pajak. Ada yang punya bisnis mempekerjakan local dengan bayaran yang tidak sesuai. Bahkan ada yang jualan di pinggir jalan sebagai kaki lima, yang jadinya ngambil jatah orang lokal. Dan kebanyakan tidak mengikuti rule yang ada. Tidak bayar pajak, menggunakan visa wisata bukan visa kerja dan rule-rule lainnya.
Dulu setiap denger ini aku kesel. Kesel kayak sesuatu dari milikku itu di rampas. Aku yakin banyak yang meraskan kayak gini. Kayak dijajah lagi. Tapi ada satu fakta yang akhirnya aku dari kesel, jadi gak kesel banget. Apa sih dampaknya buat individu, buat diri sendiri?
Jujur aja selama ini tidak ada dampak buatku. Bahkan let say lah bule nya udah mengikuti rule untuk berjualan/berbisnis disini, udah bayar pajak, udah bayar yang lain-lain, udah ngurus segala perijinan yang sesuai undang-undang, apakah ada untungnya buat kita, as individu? Jawabannya gak ada.
Makanya dari alasan ini aku memberikan emosi ku ruang untuk melepas itu. Kita cenderung terlalu menyerap sesuatu yang tidak bisa kita kontrol ke kehidupan individu kita. Kalau mau serap semuanya, pusingin juga dong perang dunia ke 3, kerusuhan besar-besaran di china, resesi. Kita terlalu musingin masalah besar dan terlalu dimasukan ke kehidupan kita yang sebenarnya tidak bisa kita kontrol. Reason diatas bikin aku lega tentang issue ini.
Daripada kayak gitu, mending gunakan fakta ini untuk mencari peluang juga. Bule currencynya mostly lebih kuat dari pada rupiah. Gunakan itu untuk mencari kerjaan yang bisa menghasilkan dollar, supaya kita bisa hidup enak juga. Itu baru ye, ubah jadi positif.
Jangan nyalahin siapa-siapa, start berbenah sendiri. Kalau memang beneran hal tersebut menyenggol kehidupan individu kita, baru kita curahkan energi untuk melawan.