Banyak sumber yang menyebutkan kalau ingin tahu sifat asli orang tersebut, lihat pada saat dia sedang stress. Lihat pada saat dia sedang berada disebuah kesulitan, lihat dia ketika berada dikondisi memilih untuk berkorban atau mengorban. Aku percaya itu benar. Tapi term “sifat asli” ini semakin lama semakin tidak cocok setelah aku tau fakta ini.
Semua orang bertindak, berpikir dan bersifat berdasarkan dengan lingkungan dan kebiasaan dia yang sudah tertanam dari kecil sehingga remaja. Sehingga, sifat yang dia tunjukan di lingkungan, adalah sifat yang sudah dikondisikan agar tetap bisa hidup, tetap bisa diterima di masyarakat
Makna sifat asli yang sering digadang-gadang oleh beberapa sumber ini lebih mengarah ke sifat yang dimiliki seseorang ketika sedang sendiri. Sedang tidak perlu untuk berkondisi terhadap lingkungan. Didasari atas rasa tak takut atas konsekuensi yang bakal dihadapi ketika sifat ini ditunjukan. Kadang memang bener tidak ada konsekuensi, tapi kadang salah.
Aku jadi ingat atas teori ini. Kita punya 3 topeng. Topeng 1 yang diperlihatkan ke orang-orang. Topeng 2 diperlihatkan ke orang terdekat, dan topeng 3 yang tidak pernah diperlihatkan kesiapapun, hanya untuk diri kita sendiri. Sifat asli, untuk merujuk ke topeng ke tiga. Banyak juga leak ke topeng 2 karena, ya kita tidak merasa ada konsekuensi ketika kita menunjukan itu karena orang terdekat kita memang sayang dan mentolerate itu misalnya.
Topeng ke-3 itu juga sering leak ketika kita sedang berada di kondisi yang tidak bisa berpikir dengan jernih, salah satunya berada di kondisi stress. Makanya, fenomena manusiawi itu sering dijadikan patokan oleh beberapa sumber untuk mengetahui “sifat asli” dari seseorang.
Sifat asli yang sering dibilang menurutku kurang sreg karena seolah-olah most of the time kita itu menipu. Analogi topeng itu udah cocok sebagai term sifat ini menurutku.