Play Our Own Game

· 2 minute read

TLDR: Bandingkan diri kita dengan diri kita dimasa lampau, jangan dengan pencapaian orang lain. Aku udah sempat nulis kalau temen baikku sudah menjadi seorang bapak disini:

Teman Punya Anak

Aku bilang disana tidak merasa ketinggalan, tapi tentu saja faktnya, di beberapa menit momen ketika denger kabar itu tentu ada merasa ketinggalan. Progress yang sangat berbeda dari segi romantic relationship. Tapi tentu saja aku tidak jatuh ke perasaan itu.

Hidup memang kayak gitu. Kita berbeda karena kita memiliki dna yang berbeda, memiliki latar belakang keluarga yang berbeda, memiliki hobby yang berbeda, curiosity yang berbeda, keberanian yang berbeda. Perbedaan itu melahirkan output dan pencapaian berbeda. Kadang goalsnya sama tapi progressnya jauh beda, seringkali goalsnya sendiri juga beda.

Disisi lain kita ini manusia. By nature, kita memiliki kesamaan. Competitiveness dan fairness itu salah satu sifat dasar manusia. Kita akan selalu berkompetisi dan mencari keadilan (pihak kita). Mau seberapa banyak buku self-help yang dia baca, mau jadi biksu dia, itu bakal tetap mengakar. Dan situasi yang harus men-trigger 2 sifat itu akan selalu ada, kalau mau terus dicari-cari. Pernah denger jokes: “Anak tentangga” ?. Itu based on fenomena yang sering terjadi.

Everytime kita merasa di depan akan selalu ada part of our life yang dibelakang orang lain. Yang bisa kita lakukan adalah kurangi kadarnya. Cukup dengan mengetahui fakta bahwa, kompetisi itu akan selalu ada, dan keadilan itu tidak akan pernah terjadi, mungkin bisa mengistirahatkan sifat-sifat itu dan bangunkan ketika memang benar dibutuhkan.

Bandingkan diri kita dengan diri kita dimasa lampau, jangan dengan pencapaian orang lain. Play our own game. Tentu saja easier said than done.

Relevant Reading:

Pemain 1

comments powered by Disqus