Pria dan wanita. Di biologi, keluarga dan masyarakat

· 4 minute read

Ketika kita lahir sebagai manusia, pria atau wanita, sudah bisa dibedakan dengan pengelompokan berdasarkan organ seksual. Kelamin jantan dan betina. Secara fisik, hampir tidak ada perbedaan yang terlihat ketika masih dibawah satu tahun. Mungkin setelah setahun keatas baru ada perbedaan yang bisa di deteksi secara kasat mata. Pria memang secara fisik lebih kuat dibandingkan wanita. Tapi pada saat masih kecil, itu bisa saja tidak terjadi. Makanya banyak bocah SD yang cowok cewek masih ada yang sama sama ikut berkelahi, lari-larian, main bola dsb. Ketika pubertas semua itu perlahan sirna. Pemisahaan cabang olahraga pria dan wanita mulai ada dan diterapkan pada saat itu.

Pria dengan hadiah fisik yang lebih kuat akhirnya diembani tanggung jawab yang lebih. Melakukan hal-hal yang berbahaya, tapi harus dilakukan. Lalu akhirnya merembet kemana-mana. Stress tolerance yang tinggi karena lebih sering terekspose oleh life or death experience. Stress tolerance yang tinggi akhirnya sering ditunjuk menjadi pemimpin.

Disisi lain, wanita juga tentu saja memiliki tanggung jawab. Mengandung serta mengasuh buah hati, menjaga agar lahir menjadi anak yang sehat secara mental dan fisik. Keluarga adalah fondasi masyarakat, dan anak adalah unit terkecilnya. Pria memastikan agar bagaimana wanita dapat memberikan kasih sayang yang maksimal kepada anak dengan memberikan resources yang cukup dan menyediakan environment yang baik. Beda layer tanggung jawab, pria terkesan lebih penting, tapi sebenarnya sama-sama penting.

Pria dan wanita secara natural akan saling tertarik satu sama lain. Tertarik karena sebuah perbedaan yang di design untuk menjadi satu. Melengkapi.

Setiap pria dan wanita memiliki sifat lawan jenis sendiri masing-masing. Seperti yinyang. Hitam ada sedikit putih, putih ada sedikit hitam. Sama halnya dengan sifat maskulin dan feminim pada masing-masing individu. Kadar maskulin akan lebih banyak pada pria, kadar feminim akan lebih banyak pada wanita. Tapi masing-masing memiliki kadar sifat lawan jenis pada dirinya. Biasanya kecil, tapi kadarnya bisa sangat berbeda dari masing-masing orang.

Aku percaya dari level genetik sudah ada perbedaan kadar tersebut. Tapi tetap, lingkungan, tumbuh kembangnya juga akan mempengaruhi keseimbangan kadar sifat tersebut. Sebagai contoh apabila bocah laki yang cenderung besar dengan ibu dia akan memiliki kadar feminim yang tinggi, apabila bocah perempuan cenderung besar dengan ayah, kadar maskulin akan lebih tinggi. Tapi banyak case juga yang mempengaruhi itu. Absennya peran ayah di bocah perempuan bisa membuat kadar maskulin di bocah itu besar, absennya peran ibu di bocah laki bisa saja membuat kadar feminim di dia malah meningkat, karena curious, hingga mencari sendiri info di internet dan menjadi terlalu in to it. Banyak lah pokonya.

Bukan berarti dengan kadar feminim yang lebih di pria dia menjadi kecewek-cewekan, bukan berarti juga kadar maskulin yang lebih di wanita dia menjadi tomboy. Lebih banyak hal yang tidak kasat mata, yang lebih judgeless yang juga akan berpengaruh daripada yang kayak kayak gitu.

Namun ketika sudah besar, karena norma masyarakat mendikte pria dan wanita harus “maskulin” dan harus “feminim” kadar kadar lawan jenis pada individu ini biasanya sengaja ditanam oleh mereka agar mereka bisa blend in ke masyarakat dan “diterima”.

Disatu sisi itu baik karena, wadah yang diberikan sesuai dengan apa yang harus diiisi itu akan jadi lebih stabil daripada yang isinya tidak sesuai. Tapi disatu sisi kita bisa melewatkan kesempatan untuk memanfaatkan, mengkombinasikan, mengintegrasikan, bisa me-leverage sifat-sifat lawan jenis dalam diri kita ini kita bisa mendapatkan benefit darinya, dan bisa hidup lebih baik, mendapatkan prestasi yang lebih baik. Meleverage sifat lawan jenis dalam diri tidak sama dengan melenceng dari peran kita sebagai pria ataupun wanita.

Jaman sekarang peran ini sudah mulai blur. Pria yang seharusnya bertanggung jawab, tapi karena idak kompeten akhirnya wanitalah yang harus turun tangan menggantikan peran pria di keluarga, atau dimasyarakat. Menafkahi keluarga, melakukan sesuatu yang harus dan berbahaya. Penyebab blurnya ini kalau mau ditarik lagi jauh lagi pasti peran yang paling besar adalah masalah finansial.

Kita sebagai yang sudah tau informasi ini, yang bisa kita lakukan adalah, sadari bahwa kita by nature memang memiliki hormon dan genetic sebagai mana kita di design. Jangan dilawan. Dan juga kita sebagai individu yang sudah hidup dengan berbagai experiences, sadari bahwa ada sifat-sifat lawan jenis yang kita miliki, dan itu cenderung keluar secara tidak terkontrol yang kadang bisa bikin rugi, dan kadang bisa bikin untung atau bahkan ada sifat-sifat itu yang sudah kita kubur jauh karena kebutuhan blending dengan masyarakat. Pahami, sadari kita pria maupun wanita akan selalu memiliki kadar atas sifat lawan jenis dan coba konek kembali kepada sifat-sifat itu. Apabila sudah bisa mensadari, pahami trigger sifat-sifat itu bisa keluar secara tidak sadar. Lalu, manfaatkan, integrasikan dengan diri, dan jadikan sebagai benefit.

comments powered by Disqus