Proses seleksi apapun pasti akan selalu lebih sulit daripada kompetensi aktual yang dibutuhkan untuk posisi tersebut. Seleksi untuk mendapatkan perguruan tinggi favorit, akan lebih sulit dibandingkan menjalakan kehidupan sehari-hari sebagai mahasiswa disana.
Supply and demand, orang yang mau masuk jauh-jauh lebih banyak daripada posisi yang disediakan. Jadi proses seleksi dipersulit harapanya supaya mendapatkan the best of the best. Tentu saja tidak se-ideal itu. Ini akan terus terjadi selama perkembangan lapangan pekerjaan dan tempat studi lebih dikit daripada kembang biak manusia.
Oleh karena itu jangan jiper duluan. Jangan kayak “waduh interviewnya aja susah gitu, nanti gimana waktu udah kerja/belajar disana ya”. Sikat aja proses seleksinya, nanti kalo udah lolos baru kalian sadar bahwa, tidak sesusah yang kita pikirkan.
Proses seleksi kandidat ini seni. Membangun langkah-langkah sedemikian rupa dengan harapan meningkatkan chance untuk mendapatkan kandidat yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang yang dicari. Banyak elemen manusia yang involves disana makanya jadi ribet.
Buat para kandidat, jangan jiper duluan, daftar-daftar aja seleksinya, persiapkan sebaik mungkin.
Buat para selektor, lihat kemampuan kandidat yang memang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Jangan “kesulitan yang disengaja” ini dijadikan patokan untuk menilai. Jadikan aktual kompetensi yang dibutuhkan jadi patokan. Entah itu ujungnya jadi lebih susah, atau lebih gampang. Walaupun akhirnya kepentok quota, dari sini baru pilih kandidat yang memiliki nilai optional yang lebih baik.