Say less

· 2 minute read

Kalau kamu ingin memiliki power atas orang lain, kamu bisa coba untuk mencoba “say less”.

Sengaja memberikan informasi setengah-setengah agar lawan salah mengambil kesimpulan. Kesalahan mereka adalah keuntungan kita, kita jadi beberapa langkah di depan.

Sangat manipulatif terdengarnya, tapi sebenarnya ini teknik yang sangat umum. Sering kita jumpai sehari-hari. Contoh:

Ketika presentasi, kita batasi informasi yang tampil. Sehingga informasi itu bisa menggiring pertanyaan ke para audience, yang jawabannya sebenarnya sudah kita siapkan. Umum kan? Aku yakin kalian yang pernah melakukan ini.

Disamping ketidaktahuan lawan, “say less” ini juga menimbulkan efek misterius.

Misteri menjadikan sesuatu menarik karena kita dibuat menerka-nerka atas fakta yang belum pasti, dan menyimpulkan sendiri berdasarkan intepretasi dan fantasy kita. Aku nulis lebih detail tentang misteri disini:

Mystery

Dengan kebiasaan “say less” yang terbentuk di mata orang lain, setiap ucapan yang kita utarakan akan dihargai lebih oleh mereka. Karena kita diketahui jarang ngomong, mereka akan percaya bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita itu sesuatu yang berharga, dan akan lebih seksama mendengarkan kita.

Kapan kalian harus tidak menerapkan teknik ini? Ke orang terdekat. Ke hubungan yang kita tidak mau ambil resiko untuk pecah. Melakukan teknik ini ke orang terdekat bisa menjadi bumerang. Hubungan dengan orang terdekat harusnya koperatif, bukan malah saling ingin mendominasi. Say less diganti ke Say what you need to say.

comments powered by Disqus