Sersan alias serius tapi santai. Kata yang beberapa kali aku jumpai dan pertama kali aku kenal ketika masuk di tempat kerjaku sekarang ini. “Kita sersan aja kita sersan-sersan, serius tapi santai” kata bossku terdahulu.
Kehidupan bersisoal mengarahkan serius itu dengan suatu yang tegang, agresif, suara keras, marah, mimik wajah yang galak. Kita salah mengartikan ketegangan dengan keseriusan, ketegangan membawa ketakutan, mungkin karena kita tidak ingin mengakui diri kita sedang dilanda ketakutan, makanya kita anggap saja bahwa suasana ini bukan bikin takut, suasana ini adalah serius
Kalau digambarkan lewat bell curve meme, serius tapi santai merupakan peak dari keseriusan.
Santai membuat kita bisa berpikir dengan tenang, tidak terbawa arus grup dan suasana, akhirnya dapat memikirkan solusi dan kerja dengan benar. Serius membawa kita fokus ke tujuan.
Bandingkan dengan ketika serius tapi tegang. Banyak energi yang terbuang karena saling ngotot, argumen satu sama lain, bernada tinggi, memasang muka galak, dan berbagai macam. Yang seharusnya energi itu bisa di alihkan ke hal yang lebih penting
Tapi apabila dalam kerjaan ataupun kehidupan sosial memang agak sulit untuk mengubah kebiasan ini. Santai membuat perilaku orang sekitar ke kita menjadi lebih santai juga. Tidak jarang sering menyerempet ke hina yang dibungkus dengan canda. Yang akhirnya apabila terus-terusan akan melahirkan disrespect.
Dengan memberikan ketegangan, kita memberikan informasi ke mereka bahwa, kita, memiliki kapabilitas untuk agresif, kapabiltas untuk ditakuti, dan akhirnya melahirkan respect. Ketegaganm bisa dipakai di case ini.
Tapi apabila kita sedang berada dalam kondisi sulit, dan butuh ekstra konsentrasi dan fokus untuk menyelesaikan masalah tersebut, sersan adalah solusinya.