Tanggal 24 Maret lalu teman baikku menikah. Ini nikahan ke dua dari teman-teman baikku. Yang pertama udah jadi bapak bahkan. Tanggal 24 nikah, tanggal 25 resepsi. Seneng, tentu saja senang, karena teman rasanya sudah melangkah ke jenjang kehidupan yang baru.
Yang sebenarnya menarik dari pernikahan teman baik adalah, teman-teman yang lain akan effort untuk dateng. Jadi kita bisa berkumpul lagi dengan teman-teman lama. Oh tentu saja juga dengan adanya tamu-tamu surprise yang ternyata kenalan-kenalan dari yang punya nikahan, kayak kemarin aku ketemu temen SMPku yang menghadiri nikahan dia juga.
Teman menikah sudah tidak menjadi sesuatu yang menggebu-gebu. Spesial, tapi tidak se-spesial yang pertama kali. Karena mungkin sudah umur juga untuk di area-area menikah, dan mungkin karena tau background story dari pasangan yang menikah menambah bumbu-bumbu yang jadi spesial.
Aku tidak anti dengan pernikahan mewah, tapi disisi lain aku juga tidak membenarkan kalau harus ngutang demi nikah mewah. Kalau bisa dan mau silahkan, kalau tidak bisa ya tidak apa-apa. Jangan maksa.
Ketika aku menghadiri resepsi kemarin, ada yang aku sadari. Bagaimana cara mensolve problem, ketika acara pernikahan, mempelai juga menikmati acaranya, bukan cuma menjadi object foto saja? Karena apabila nikah di gedung/tempat/venue, kebanyakan mempelai pasti jadi object foto aja.
Yah, begitu saja. Tulisan di di dedikasikan untuk temenku yang menikah kemarin. Kalau sesuai doa-doa di instastory: “Selamat semoga lancar dan langgeng terus!”
Series teman menikah: