Aku punya prinsip. 6 Prinsip yang (ingin) selalu kupegang selama berkehidupan saat ini. Aku tulis di halaman depan blog:
- Start the uncomfortable conversation now
- It’s ok to feel stupid
- Money come and go
- Be present
- Ignore Society
- Perfect is boring
Prinsip itu beda-beda tiap orang. Kenapa aku memilih 6 prinsip itu karena selama ini dengan mengikuti itu sudah menserve hidupku (saat ini) kearah yang lebih baik.
Prinsip itu ibarat musik. Cocok-cocokan. 6 Prinsip itu belum tentu kalau dikasi tau ke orang lain dia akan click. Prinsip itu akan relate ke orangnya tergantung dengan kondisi orang itu saat ini. Kondisi itu bisa dibuat dengan cara berexperiment, mencoba yang baru, merantau, belajar, mengajar, baca buku, gagal, sukses. Experience dalam hidup lah. Relatable.
Prinsip itu tentang relate atau enggak. Kalau enggak relate, ya berarti itu prinsip yang tidak cocok untuk dia (saat ini). Makanya anak kecil kalau kita beri nasihat dia akan tidak taat atau menuruti, yaa karena sekedar tidak relate. Belum banyak experience yang dilalui anak kecil itu sehingga tidak relate.
Quotes, kata bijak, mindset, observasi. Darisana prinsip berasal. Dari orang lain, atau diri sendiri, atau mix dari itu. Memiliki prinsip ibarat memiliki system. Perbuatan dan perkataan terikat oleh prinsip itu dengan kepercayaan membuat kita kearah yang lebih baik.
Prinsip itu bisa obsolete, bisa diganti. Karena umur makin bertambah, jenjang kehidupan berubah, experience bertambah, prinsip bisa jadi sudah tidak relate. Tidak apa-apa merubah prinsip. Toh prinsip prinsip kita, hidup hidup kita.
Apa salahnya hidup tanpa prinsip? Karena prinsip adalah “system”, maka yang tidak memiliki prinsip akan menjadi dinamis, beradaptasi, bebas? Menurutku tidak. Aku yakin kalau jenis orang yang seperti itu, mereka megang prinsip untuk “dinamis”. Disadari atau tidak.
Paling jeleknya orang itu tidak tetap pendirian. Banyak consnya kerja sama dengan orang seperti itu.