Kalau bicara toleransi, entah kenapa yang ada dipikiran itu toleransi beragama. Karena di Indonesia, toleransi beragama itu sesuatu yang dianggap baik, padahal itu sesuatu yang normal yang harus dilakukan. Tapi toleransi tentu saja bukan cuma itu.
Toleransi adalah aksi melanggar batasan yang kita punya atas orang lain. Bentuknya macem-macem, salah satunya menerima perbedaan beragama.
Toleransi itu adanya hanya dihubungan kita dengan makhluk hidup. Kalau di konteks lain, toleransi itu sebenarnya gak ada.
Coba kita masuk ke toleransi hubungan pasangan. Kalau didalam hubungan, toleransi ya bisa menerima sifat-sifat pasangan. Tapi dari mana batasan/rule/tandar kita berasal? Ada banyak sumbernya , bisa dari moral, norma, bisa dari pengalaman masa lalu, atau obersvasi lingkungan. Jadi kita punya set of rule yang berasal dari sana. Toleransi terjadi ketika rule yang kita pegang, tidak kita tepati karena orang lain.
Kenapa kita bertoleransi alasannya juga ada banyak. Bisa saja karena ada hukum yang memayungi. Misal kalau enggak toleransi bisa dihukum negara. Bisa juga karena ada sifat-sifat yang lain yang menutupi semua sifat-sifat yang harusnya tidak bisa ditolerir.
Dalam hubungan, apalagi hubungan yang sudah lama, gak jarang kita terlalu menjustifikasi sisa sisa kebaikan, karena kita tidak ingin kehilangan atau rugi. Itu juga termasuk toleransi, kita mentoleransi sifat-sifat buruk, dengan menutupinya dengan sifat-sifat baik, walaupun secara matematika itu tidak berimbang, tapi kita tetap men-brainwash diri sendiri karena pikiran rasional sudah kalan dengan emosi. That’s not healthy I think.
Disisi lain apakah terlalu tolerir dengan orang lain, membuat kita tidak tolerir terhadap diri sendiri?