Tertipu Penampilan

· 3 minute read

Kita sering tertipu oleh penampilan. Bukan. Bukan tertipu yang seperti kalian kira. Bukan kasus orang ngephotohsop dirinya sebagai akpol atau akmil. Atau orang yang ngaku-ngaku jadi akpol/akmil, custom sendiri baju dinas. Dan akhirnya berhasil menikahi dokter, yang akhirnya ketahuan dan akhirnya bonyok di gebugin warga.

Setiap aku ingat kasus ini. Coba kalian pikir baik-baik dah. Masa ada nih. Masa ada, dokter, bidan, bisa ketipu sama hal yang kayak gitu? Sejago apa sih pelakunya sampai dia bisa menipu orang yang sekolah tinggi belajar mati-matian demi gelar yang susah payah didapatkan? Eits tentu saja ini jawabannya:

Irasional

Tapi balik lagi. Bukan itu yang mau kita bahas, tapi. Kali kita bahas otak kita tertipu oleh penampilan. Padahal orangnya sendiri mungkin tidak ada niat untuk menipu.

Sebut saja ada orang datang ke restauran. Pria in mid 30. Pakai jas, rapi. Rambut klimis pakai pomade 2 liter. Bicara pelan, tapi volume dan tonenya terkesan berwibawa. Pramusaji pasti pada segan sama orang itu. Pramusaji yang melayani pasti disuruh yang sudah berpengalaman, yang sudah jago. Bahkan manajer tiba-tiba turun tangan juga. Kenapa kayak gitu?

Karena kita berasumsi, orang yang seperti itu adalah orang penting. Kita tidak mau bersikap “biasa “di hadapan orang “penting”. Karena kehadiran orang penting berdasarkan pengalaman bisa memberikan rejeki yang melimpah atau bisa saja melimpahkan segara rejeki kita ke dasar jurang. Tapi tentu saja orang yang modelannya seperti itu bukan berarti orang penting. Makanya, disanalah kita tertipu.

Kita menerima input dari dunia luar menggunakan panca indera kita. Mata, salah satu indera yang throughput inputnya paling besar, otomatis menjadi salah satu faktor penting untuk merasakan dan menganalisa dunia luar.

Mayoritas kita merasa orang penting ya dia bakal berpenampilan seperti itu. Makanya otak kita seperti trained untuk menyimpulkan itu berdasarkan input yang kita analisa bertahun-tahun.

Kita akan segan dengan orang yang berpenampilan seperti itu. Kita ikuti semua omongannya, kita anggap semua benar segala gerak gerik anehnya dan kita anggap “ooh gitu ya kelakuan orang penting”. Kita terhipnotis.

Tentu saja orang yang berpenampilan rapi, suit fit, tidak semua orang penting, tapi otak kita secara default udah tertipu, mau gimana lagi?

Jangan mengelak dari fakta ini, aku yakin 99% orang dewasa akan pernah merasakan bias ini. Ketahui faktanya dan ambil langkah untuk menghindari, atau bahkan memberikan benefit ke kita. Berpakaian rapi setiap ingin melakukan sesuatu yang dilihat massa. Even, berpakaian rapi, cuma sedikit lebih rapi, cuma sedikit lebih memperhatikan penampilan ketika cuma sekedar nongkrong atau apa.

Dan aware. Selalu aware atas orang yang diselimuti oleh ini. Apakah dia memang layak kita berikan keseganan, atau ini cuma bias yang kita miliki karena dia sekedar berpenampilan baik?

comments powered by Disqus