Tes Koding

· 2 minute read

Malem tadi, 90 menit lalu aku ikut test koding. Iseng-iseng nyobain buat test ke platform marketplace freelance premium, ada screening test koding. Udah lama banget aku tidak menyentuh dan latihan competitive programming ini. Dan sekarang aku mau nyobain udah sebeku apa sih otaku. Ada 3 soal waktunya 90 menit. Aku baca soalnya sekilas, in my prime, aku percaya aku bisa nyelesaiin 3 soal ini dalam 90 menit, tapi sekarang, aku cuma bisa nyelesaiin 2 pikirku tadi. Dan beneran, 2 soal ku selesaikan, 3 nya belum kelar aku submit aja. Keluar resultnya. Kurang memuaskan. Aku berharap 2 soal itu dapat score 100%, tapi ternyata tidak. Bahkan yang paling gampang cuma dapet 80%. Sad. Harusnya aku tadi beneran fokus untuk ngerjain 2 soal saja. Memfokuskan supaya kedua soal itu dapet score 100%. Kalau diliat baik-baik, lebih mending 2 soal 100%, atau 3 soal 80%, 60%, 40%? Tergantung si interviewer menilai yang mana yang lebih baik, tapi aku ngerasa lebih baik yang pertama. Competitive programming ini, mostly tidak digunakan di dunia kerja sesungguhnya. At least aku belum merasakan. Tetapi, test coding ini memang cara ampuh untuk screening orang-orang yang memiliki daya logic dan problem solving yang lebih baik diantara yang lain. Tapi agak kontradiktif juga, karena semakin sering latihan, semakin bisa juga kita ngerjain soal test koding ini. Jadi mungkin daya logic itu bukan sesuatu yang permanen, sama kaya otot, mesti terus diasah. Feelingku bakal gak lolos, tapi gak papa, cari lagi yang lain, dan ini sebagai trigger aku untuk mulai lagi latihan. Rutinin sehari minimal 1 soal sounds good nih kayaknya.

comments powered by Disqus