The Art of War

· 2 minute read

Minggu kemarin aku lagi-lagi beli buku. Buku mainstream yang sering aku lihat di sosial media, di gramedia, dan bahkan di meme. Sun Tzu’s The Art of War. Aku beli jujur karena diskon. Buku ini salah satu buku yang diskon jadinya aku beli.

Aku beli bukunya malah mendapatkan versi yang, kata pengantar dan komentarnya lebih tebel daripada isinya. Dan ketika aku liat, ini buku jadul. Terbitan 2008an yang aku yakin ini memang diterbitkan tahun segitu, keliatan dari aroma kertas yang campur debu & tua. Buku ini bilingual, ada mandarin dan dibawahnya terjemahaannya.Well aku jadi merasa mendapatkan buku versi yang langka haha.

Isi dari The art of war nya itu sendiri compact. 13 Chapter, yang rata-rata paling 2-5 lembar per chapter. Memang isi poin-poin tentang step by step berperang, kadang nasihatnya itu general, kayak bisa di aplikasikan juga di selain medan perang, kadang juga spesifik.

Jujur aja ketika baca makin baca makin baca, aku masih gak relate. Kayak kadang bahasanya, terlalu baku semacam “Thou shall kneel…” gitu. Lalu banyak nasihat yang, well, aku lagi gak berperang, dan context related lainnya, ngapain aku tau gituan, gitu. Jadi isi dari buku ini menurutku, untuk kondisiku sekarang aku masih tidak mendapatkannya.

Buku itu kan memang gitu, buku itu tetap sama, tapi kita para pembaca yang berubah-ubah. Mungkin buku ini bakal diem dulu 5 tahun di rak, baru setelah itu aku iseng-iseng baca baru aku bisa mendapatkan wisdom wow dari buku ini.

comments powered by Disqus