Kita selalu diajarkan menjadi orang baik. Aku percaya itu, kita memang harus menjadi orang baik. Menjadi orang baik tidak perlu di sanjung-sanjung. Karena menjadi orang baik itu harusnya default.
Tapi apakah ini tidak terlalu kebetulan kalau orang yang jahat, bad guy, evil man banyak yang hidup berkecukupan, bahkan bekelimpahan. Bad Guy, having a good life.
Orang dikatakan baik, sebenarnya karena dia mengikuti sistem. Mengikuti aturan. Dimana aturan yang kita percaya adalah untuk menjaga kita supaya tidak jahat. Yang dibuat oleh orang pertama. Orang-orang pertama yang menang, visioner, survivor, pioner, yang ambisius.
Tetapi orang-orang itu, untuk menjadi pemenang, untuk memuaskan sifat ambisius mereka, menggunakan segala cara. Menggunakan evil way to win. Sacrifice other. Memang for greater goods, tapi tetap ada pihak yang ter-sacrifice.
Darisana mereka membuat aturan. Aturan supaya orang-orang menjadi “orang baik”. Supaya orang-orang tetap menjadi orang yang biasa-biasa saja, orang yang mundane, dan supaya mudah diatur dan tidak terjadi chaos.
Generasi baru lahir lagi, aturan tetapi tetap sama. Aturan yang tetap dijalankan, walaupun sudah tidak tau tujuan adanya aturan itu apa. Aturan sudah obsolete, ketinggalan jaman. Segelintir orang tau, aturan ketinggalan jaman. Orang itu melanggar aturan, become the bad guy, win the life, and made new rule.
Siklus terus menerus seperti itu.