The death of detail

· 2 minute read

The famous minimalist architecture. Semua kotak, semua putih. Dulu ada momen dimana aku kagum dengan konsep bangunan/arsitektur minimalis. Tapi sekarang aku kesel. Kayaknya sejak ada istiliah konsep bangunan “industrial” yang aslinya sebenarnya itu bangunan mangkrak. Menamai-nya menjadi suatu konsep, padahal sebenarnya belum jadi . Sangat budak korporat thinking ketika deadline progress tapi belum kelar jadi ngeles ke bos. Pada akhirnya itu menjamur dan semua ikut ke konsep itu. I really hate it.

The death of detail. Kalau kalian sadari modern arsitektur, modern interior, bahkan modern logo yang dulunya sangat full of color dan detail sekarang di branding dengan logo clean, sleek, minimal. Semua minimalis. Everything look the same. Bahkan aku baca berita, ada sekolah yang sama kayak penjara bentuknya.

Aku tau konsep minimal ini dibuat sebagai pembeda. Dunia ini penuh dengan distraksi, konsep minim detail ini menjadi hipotesis atas solusi distraksi itu yang turn out menjadi arah peradaban saat ini. Tapi intent itu sudah melenceng. Intensi “beda” berubah menjadi intensi “malas dan hemat”. Semacam: “Dengan effort yang simple gini aja, orang-orang masih meng-appreciate kok, buat apa bikin yang susah-susah.“gitu.

Aku juga percaya sesuatu yang “penuh detail” juga gak jarang jadi lebih jelek dari pada yang clean. Tapi ini lebih ke karakteristik, identitas. Kita bukan bicara jelek/bagus.

Sesuatu dibuat detail itu supaya ada karakteristik, identitas disana. Budaya lahir dari keseragaman karakteristik. Tapi ketika semua dibuat minimal dan yang penting fungsional, culture slowly disappear. Tidak ada karakteristik, semua sama yang penting berfungsi.

Masyarakat juga masuk nih disini. Society bring the minimal vibes. Kita semua harus sama, harus normal, kita harus mengikuti rules, yang dibuat supaya kita seragam dan mudah diatur. Jadi robot jadi robot dah kita.

Jangan membunuh karaktermu sendiri. Be weird. Makin aneh makin bagus. Kalian pikir Elon Musk itu normal? He is fucking weirdo man. Waktu nulis ini aku jadi inget tentang case kampung squidward, yang squidward idam-idamkan masuk kesana supaya pisah dengan spongebob, dan akhirnya dia jadi rebel, gila tapi jadi lebih happy. Jadilah squidward di case ini

Kemarin trip ke gianyar naik bis kota dan sepanjang perjalan melihat bangunan khas bali yang masih banyak. Aku sangat mengapresiasi, dan kagum karena pemerintah dan masyarakat sekitar masih bisa mempertahankan budaya arsitektur bali, yang di blend dengan sedikit ke modernan agar masih bisa cocok. Hal yang paling bisa aku lakukan untuk mempertahankan itu adalah waktu bangun rumah pastikan unsur arsitektur bali itu ada dirumahku. Mahal dikit tapi i believe it worth.

comments powered by Disqus