The Problem With Social Truth

· 2 minute read

Problemnya adalah truth akan lebih sering berubah daripada material fact. Karena social truth = mayoritas, dan mayoritas bisa saja berubah tergantung kondisi masyarakat, karena adanya dampak yang bisa berpengaruh secara global. Social truth itu relatif.

Ketika di sekililing kita semua menggunakan barang yang mahal-mahal, social truth tentang orang “kaya” akan berubah lagi, perlu barang yang super mahal lagi supaya bisa dibilang kaya. Disisi lain, ada sekolompok orang yang hanya menggunakan pakaian sederhana, sendalan, celana pendekan, tapi social truth malah menjudge dia yang paling kaya diantara yang lain (Counter signal).

Kim kardashian bisa membuat standar kecantikan yang baru. Aku gak tau istilahnya apa, yang jelas yang mirip-mirip dia. Mirip-mirip kylie lah. Semua mau jadi kayak gitu akhirnya tercipta social truth kecantikan yang baru. Standar kecantikan cewek korea juga bisa masuk disini.

Karena natural genetics. Tinggi badan. Rata-rata tinggi badan dari populasi dunia itu meningkat. Rata-rata tinggi badan bapakmu di jaman mereka, dengan rata-rata tinggi badan waktu kamu sekarang itu beda. Bapakmu dibilang tinggi pada jamannya, tapi kalau sekarang, kamu dibilang pendek, padahal kamu lebih tinggi dari bapakmu.

Pandemi, berat badan ideal dan gemuk sudah berubah. Yang dulunya gemuk sekarang menjadi ideal karena rata-rata berat badan orang meningkat semua karena after effect dari physical distancing, dirumah mulu makan. Padahal ini salah.

New normal, ketika minoritas yang dulu sudah menjadi mayoritas, standarnya akan berubah lagi. Social truth is incosistent, sesimple karena society itu complicated.

Seorang individu aja bisa mendefinsikan truth, kalian juga bisa asal punya influence yang global, lihatlah gimana tidak konsistennya social truth ini.

comments powered by Disqus