Kita berada di lingkungan yang, well at least aku, apabila ada seseorang yang pendapatnya atau opininya dia bertentangan dengan apa yang kita miliki, kita cenderung untuk tidak suka kepadanya. Case ini sering, tapi padahal jarang sekali case ini beneran sesuai.
Kenapa kita bisa seperti itu, karena kita sering kali nge-oversimplify orang tersebut dengan sedikit informasi yang kita dapatkan. Dengan opini ini, kita langsung menggambarkan di otak kita bahwa, orang tersebut secara whole person adalah orang yang bertentangan. Padahal opini ya opini, opini memang bisa membentuk karakter, tapi keseringan cuma angin lalu dan sering berubah.
Disisi lain, memang banyak orang membentuk karakter mereka, identitas mereka dengan opini yang mereka miliki. Malu untuk merubah pandangan, karena takut dibilang menjilat ludah sendiri. Padahal seiring informasi baru yang datang, kalau mau merubah pendapat mah berubah aja. Akui perbedaan, dan move on. Toh kalau pendapat baru itu lebih baik dan benar, dampaknya juga akan baik.
Tapi mostly, ini sebenarnya kultural. Karena berdasarkan cerita-cerita temen temen yang pernah kerja bareng ekspat, apabila kita, orang indonesia berada disebuah forum dengan orang dari luar negeri (Contoh yang sering dijumpai, india dan amerika). Mereka bisa ngotot ngototan sampai pakai nada tinggi. Terjadi ketidaksetujuan disana. Tapi ketika forum selesai, yaudah, mereka tetep kayak biasa. Tapi, beda cerita apabila kita ngomongin orang Indonesia. Yah ini kultural.
Kita sebagai orang yang sudah tau ini, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kita tidak terlalu bawa hati terhadap perbedaan pendapat.
Pertama: Sadari bahwa, opini itu bukan identity. Opini memang hanya unit pembangun indentitas, tapi jangan suka untuk menggenelalisir identitas orang karena perbedaan opini. Gunakan perbedaan pendapat sebagai alat untuk motivasi mencari lagi kebenaran.
Kedua: Apabila kita bertemu orang yang seperti itu, pasti banyak, apabila kita tidak membutuhkan, maksudnya hubungan kita cuma weak ties, hindari. Memang mungkin besar orang tersebut belum mendapatkan info seperti ini, tapi apabila dirasa sifat seperti ini menghambat kerjasama antar kalian, hindari, dan jauhi.
Ketiga: Selalu pilih untuk menjadi lebih baik. Jangan stuck di satu opini apabila dimasa depan opini tersebut ternyata sudah obsolete, atau ada opini yang lebih baik. Tidak apa-apa untuk mengubah pikiran asal memang kalau itu membawa kita menjadi orang yang lebih baik.