Tutorial Merdeka

· 5 minute read

Artikel ini adalah artikel buat lomba menulis artikel di kantor. Di repost kesini dengan tambahan draft yang tidak disubmit. Enjoy!

Edit: Dapet juara 1 gaes!!


“Wah sebelah sini tutup juga mas”. “Yaudah deh bang, saya turun disini aja”. Sebuah percakapan dengan abang ojol ketika pulang sehabis upacara 17-an di TLT. Semua jalan pada tutup, dan terpaksa jalan kaki menyisir jalanan kecil ibukota yang ditutupi keseruan lomba warga komplek.

Tentu saja sesuai perkiraan, permainan viral cukurukuk mpokjeru pasti dimainkan. Heh, bicara tentang kemerdekaan atas informasi.

Enggak tau permainan cukurukuk mpokjeru? Ini dia:

https://www.youtube.com/shorts/Auder33MOuc

Hari ini 17 agustus 2023 jam 11:12. Aku di kos sedang menulis artikel karena dapat info ada lomba artikel dari teman. “Pake ChatGPT aja fan, cobain, siapa tau menang.” Kata dia. Egoku mengalahkan saran itu. Cukup ngoding aja di bantu sama AI. Heh, bicara tentang kemerdekaan atas kerjaan yang jemu.

Baru intro aja udah dapat contoh tentang merdeka ini.

Merdeka. Merdeka ini ada dua makna: Kebebasan, atau Kemandirian. Tapi merdeka ini tidak akan menjadi kebebasan atau kemandirian sebelum mengalami kekekangan dan ketergantungan. Jadi merdeka ini adalah kata yang bisa digunakan setelah mengalami kesulitan yang biasanya berupa kekangan dan ketergantungan paksaan.

Kita menghindari kesulitan, karena tentu kesulitan itu membuat kita tidak nyaman. Tapi dibalik kesulitan itu ada sensasi yang menunggu untuk keluar, sensasi atas keberhasilan kita untuk melawan kesulitan itu, lepas dari belenggu kesulitan itu: Merdeka.

Jadi sebelum kita bisa merdeka, sebenarnya kita mesti mengalami kesulitan. Jadi jangan ngaku-ngaku merdeka sebelum mengalami kesulitan. Kita harus belajar dan break free dari kesulitan itu baru kita bisa mengclaim kita bahwa kita itu merdeka. Jadi merdeka itu sebuah kata yang tidak bisa digunakan tanpa konteks sebelumnya.

Lalu sebenarnya, kita ini merdeka tentang apa sih. Apa yang kita merdekakan. Mungkin kita tidak merasakannya, penjajahan 350 tahun bangsa indonesia sehingga akhirnya itu diakhiri oleh tokoh proklamasi jam 10 pagi, di jalan pegangsaan timur, jakarta pada 17 agustus 1945.

Kita tidak bisa menghargai kemerdekaan ini karena generasi kita tidak merasakan kesulitan yang dialami oleh kakek nenek atau bahkan buyut kita. Oleh karena itu, pada pelajaran sekolah, dan pada setiap tahun di hari ini kita selalu diadakan seremoni untuk mengingatkan, untuk memberitahukan kita bahwa, kita itu wajib bersyukur dan berterimakasih kepada generasi sebelumnya. Menghormati pengorbanan pahwalan. Dihari ini.

Pertanyaan selanjutnya: Bagaimana?

Kesulitan itu mengganggu, kesulitan itu tidak nyaman, kesulitan itu menakutkan. Ya, kita takut. Kesulitan bikin kita takut. Walaupun wujudnya bermacam-macam, malas, ngantuk, tegang, kita sebenarnya takut. Jadi yang kita cari sekarang adalah melepaskan diri dari rasa takut. Merdeka dari rasa takut. Lalu cara memerdekakan rasa takut, seperti simbol merah dari bendera pusaka kita: Berani. Ya, kita harus berani.

Takut untuk berinovasi karena kita takut nanti kita menjadi repot dan diberi tanggung jawab atas keberhasilan inovasi tersebut.

Malas berpendapat karena takut nanti pendapat itu membawa perdebatan yang menyebabkan panas dan penyakit personal. Padahal pendapat tersebut bisa saja membawa kebaikan ke diri sendiri dan tim.

Takut memberikan effort terbaik, karena tidak mau di cap bodoh, berbeda, cari muka, karena yang lain tidak melakukan hal yang sama.

Merdekakan rasa takut kita.

Jangan takut berinovasi karena nanti diberikan beban lebih untuk mempertanggung jawabkan inovasi itu apabila sukses atau gagal. Berinovasilah, gagal itu tidak terelakan. Tapi jangan lupa sekali berhasil, keberhasilan itu akan membawa ke tempat yang lebih tinggi. Dan dibalik kegagalanpun ada ilmu yang bisa diambil untuk meramu inovasi dikemudian hari.

Jangan takut untuk memberikan effort terbaik ke kerjaan. Sadari bahwa memberikan effort terbaik akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan ini bisa dibawa kemanapun, hingga pada akhirnya menjadi karakter diri: Integritas. Salah satu karakter terhormat dari seorang individu.

Jangan takut untuk berpendapat. Jangan menghindari konflik, carilah kebenaran. Konflik adalah salah satu dampak dari perbedaan pendapat betul. Tapi dengan konflik, kita bisa menemukan kebenaran. Apabila pendapat kita memang salah, tidak perlu dijadikan personal. Ingat tujuannya, tim dan perusahaan akan menjadi lebih baik karena bisa mendapatkan pendapat yang benar dan terbaik.

Susah? Tentu saja itu susah. Sensasi merdeka itu adalah sensasi yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rasakan itu, ingat-ingat. Sekali kalian pernah merasakan itu, kalian akan ingin untuk sekali lagi memerdekakan sesuatu dari bagian hidup kalian yang ingin bisa di-merdekakan.

Berani itu bukan berarti ketiadaan atas ketakutan. Berani itu adalah adanya ketakutan tapi tetap dilakukan. Kita mesti sering-sering terekspos oleh momen-momen keberanian ini. Karena apabila ada momen yang butuh keberanian, berarti disana ada ruang untuk berkembang.

Kalau mau merdeka, harus ada kesulitan. Pilih takutmu, dan merdekakan itu. Sensasi itu memang singkat, tapi ingat-ingat rasanya. Setelah merdeka, cari lagi takut lainnya dan merdekakan lagi. Pada akhirnya, ketakutan yang dahulu kita rasa alami hanya menjadi cerita konyol dan lawakan di tongkrongan.

Semesta akan memberikan insentif ke orang-orang yang berani dan taking risk. Aku percaya ini benar, dan aku percaya juga kalian percaya ini benar.

Coba kilas balik beberapa momen keberanian yang telah kalian lalui, dan rasakan dampaknya pada saat ini. Coba kilas balik beberapa momen ini, dan bagaimana dampak baiknya yang terjadi ke kalian.

Bagaimana apabila kita mengclaim diri ini merdeka padahal tidak ada kesulitan yang kita lampaui untuk pantas disebut ini merdeka. Bisa dilihat dari berita-berita tidak masuk akal dan bikin geleng-geleng kepala dari negara belahan sebelah Terlalu banyak, terlalu bebas. Terlalu banyak hal yang mereka coba cari. Terlalu banyak masalah-masalah yang seharunya tidak jadi masalah, dijadikan masalah,dan dicarikan atas solusi dan jauh dari moral, “dimerdekakan”, padahal tidak ada kesulitan yang menyertai. Kegiatan dan pemikiran yang tidak dilandasi moral dan common sense dijadikan sesuatu yang wajar, karena di embel embel oleh “merdeka”. Sehingga terlalu bany-

Whops, terlalu banyak nulis, terlalu sedikit makan. Waktu sudah menunjukan pukul 18:00, pantes perutku sudah keroncongan. Sepertinya tulisan ini sampai disini saja, terima kasih sudah membaca!

comments powered by Disqus