Uncomfortable Conversation

· 2 minute read

Dibilang uncomfortable karena memang bikin gak nyaman. Semua orang gak mau berada di kondisi yang gak nyaman. Akhirnya banyak orang memilih untuk tidak memulai the uncomfortable conversation.

Uncomfortable conversation itu bisa uncomfortable buat satu pihak saja. Bisa juga satu pihak itu tau, apabila ini dilakukan conversation bisa menjadi uncomfortable buat kedua belah pihak.

Padahalah conversation itu uncomfortable karena itu penting. Sesuatu yang penting yang mesti dibahas. Aku percaya uncomfortable conversation itu mesti dilakukan secepat mungkin. Walaupun akhirnya sudah dilakukan dan outputnya bisa jadi tidak baik untuk saat ini, beberapa bulan lagi atau bahkan beberapa tahun lagi. Tapi aku yakin kalian di masa depan akan berterima kasih ke diri kalian yang dulu karena sudah memberanikan diri untuk memulai percakapan itu.

Kita takut sesuatu yang mesti dibahas itu outputnya dapat merenggut status quo. Goodnya bisa naik pangkat, badnya bisa disusahin promosi. Goodnya bisa langgeng, badnya bisa putus. Goodnya bisa dapet solusi, badnya nambah problem.

Mau outputnya good atau bad, biasanya setelah melakukan percakapan itu perasaan kita jadi lega. Karena itu sesuatu yang sudah mendesak keluar di hati tapi gak bisa dan akhirnya bisa. Gunakan kepercayaan atas kelegaan ini sebagai motivasi untuk memberanikan diri melakukan uncomfortable conversation.

Uncomfortable conversation membuka kita ke sebuah kebenaran (menyakitkan) yang kedua belah pihak tidak ingin akui. Sebuah kebenaran yang harusnya diungkapkan supaya menjadi lebih baik di longterm, tapi malah tidak pernah diungkapkan karena takut merugikan di short term. Merugikan di short term tapi menguntungkan di long term atau sebaliknya. You choose. My recommendation? Start the uncomfortable conversation now.

comments powered by Disqus