Why dating apps not work for me (Maybe for you too)

· 2 minute read

Aku sudah start pakai dating apps, mungkin dari tahun 2020. Dari tinder, tantan, bumble, okcupid. Semuanya tidak ada yang works. Ada 2 temenku yang sukses untuk dapet pacar dari dating apps (tantan), dan itu jadi salah satu success story buat dating apps dah. Ada juga temen kakak yang sudah sampai nikah, ketemu via tinder.

Kenapa kisah itu bisa, dan kisah ku tidak, dan mungkin juga untuk case kalian kenapa dating apps bukan menjadi solusi untuk mendapatkan pasangan. Coba kita lihat lebih detail.

Pertama, aku bisa asumsikan, ke-3 case itu adalah outlier, Mungkin cuma < 5%.

Dating apps itu memang default tidak menguntungkan buat orang yang kurang good looking, dan tidak bisa berpose di depan kamera. Sebenarnya ini bisa di bantu dengan mengisi hobby, bio, favorite music dkk. Tapi itu outlier. Kebanyakan orang tidak serajin itu untuk membaca bio kita. Orang-orang sekarang di dating apps itu langsung swipe right-left tanpa melihat bio-bio dan antek-anteknya gitu lah. Jadi yang paling memegang peran penting itu ya foto. Dan untuk kita yang tidak bisa berfoto itu sangat menjadi disadvange.

Dari behaviour itu membuat hampir top 20% cowok good looking itu, mendapatkan 80% match dari cewek. Dan itu berlaku kebalikan. Jadi kita yang tidak top 20%, chance semakin mengerucut.

Makanya buat kita, biasanya kita langsung ultra-swipe semuanya tanpa pandang bulu. Dan berharap ada yang match, yang good looking lebih tepatnya. Jadi swipe aja dulu sampai batas free swipe hariannya habis.

Kedua, ini mungkin bukan alasan, tapi after effect. Dengan setelah kita swipe tanpa pandang bulu, terus mendapatkan result yang tidak ada yang match, itu bisa berpengaruh ke self-confidence kita. Ibarat, “kok gak ada cewek satu kota ini yang gak mau sama aku” gitu jatuhnya kalau dibahasakan. Padahal real world, tentu tidak seperti itu.

Mungkin dating apps waktu awal-awal muncul waktu masih tinder doang itu masih berfungsi sesuai dengan intent pembuat. Tapi sekarang menurutku sudah tidak, at least sudah susah.

Solusinya bagaimana? Menurutku balik ke klasik lagi. Biasanya kita ketemu orang, biasanya orang itu adalah weak ties dari kita. Temennya temen kita. Jadi ya, tanya temen-temen circle mu apa punya kenalan yang bisa diajak kenalan.

comments powered by Disqus