Willpower is Overrated

· 2 minute read

Kita sering kali menggampangkan sesuatu. Kayak, “kalau aku mau, pasti aku bisa”.

Kita tidak pernah ngeplan dan mencatat kerjaan kita, selalu inget di otak. Kita tidak pernah ngatur apa yang kita makan, asal kenyang gak jadi masalah. Kita tidak pernah menjadwalkan olahraga, kalau mau jogging tinggal jogging.

Sehingga frasa “Kalau mau pasti bisa” ini sebenarnya tidak pernah benar dari orang yang mengatakan itu. Cuma kata-kata penenang agar diri tidak merasa kurang. Emang mau-nya kapan?

Willpower is overrated.

Mayoritas orang tidak se-gifted itu untuk bisa memiliki memori jangka panjang dan detail untuk menghafal setiap plan dan setiap catatan belajar/kerja di otaknya nya dia. Oleh karena itu, biasakan mencatat sesuatu yang penting, jangan mengandalkan willpower untuk mengingat itu.

Apabila kita ingin melakukan sesuatu yang berharap bisa menjadi jangka panjang, bisa “beneran” dilakukan apabila dibutuhkan, tapi kita lagi tidak “mau”. Jawabanya lagi-lagi adalah membangun kebiasaan. Integrasikan sesuatu tersebut di kehidupan sehari-hari sehingga,semakin mudah tubuh dan pikiran kita untuk melakukannya.

Willpower akan dibutuhkan untuk membangun habit itu pertama kali, untuk mengkickoff habit itu pertama kali. Dan setelahnya, kita tidak bisa terus bergantung kepada willpower, willpower itu terbatas, dengan membangun habit, willpower yang dialokasikan untuk habit tersebut akan lebih sedikit, karena sudah ada neuron pathway terbentuk untuk itu.

Sangat jarang sekali orang-orang yang berprestasi itu bergantung kepada willpower untuk menggapai itu. Fakta ini bisa kita jadikan motivasi bahwa, kita tidak perlu se-gifted itu untuk bisa sama seperti mereka, asalkan kita rajin. Sangat simplify, tapi dapet lah poinnya.

Tetapi, habit juga tidak se-magic itu. Aku sudah berkali-kali jatuh bangun membangun habit, dan menjaga habit. Walaupun jumlah willpower yang dibutuhkan untuk membangun dan menjaga habit itu berbeda, dan bisa signifikan, tapi tetap ada willpower yang terlibat. Dan semakin kita tidak menepati “kontrak” atas habit yang sudah kita miliki, willpower yang dibutuhkan untuk melakukannya lagi akan sedikit demi sedikit meningkat, dan akhirnya akan sulit lagi dilakukan.

Tetapi juga, apabila kita sudah pernah memiliki habit itu dan, kebiasaan itu memulai pudar. Untuk membangun dan membuat kebiasaan itu kembali ada jauh lebih mudah daripada membangun kebiasaan dari 0. Fakta ini seperti pisau bermata dua. Ok apabila habit yang mau dibangun kembali itu adalah habit yang positif, dan habit yang negatif juga menunggu untuk bangkit, dan bisa datang kapan saja.

comments powered by Disqus