Worry atau cemas itu adalah reaksi dari otak dan tubuh kita atas pertemuan dengan situasi yang mengundang stress. Seringkali worry adalah takut akan masa depan karena serangkaian fenomena atau informasi yang kita dapatkan sekarang kita coba proyeksikan dan mendapatkan masa depan yang tidak mengenakan.
Worry itu sebenarnya reaksi yang wajar sebagai manusia, sudah ter-wired di otak kita. Apabila kita tidak punya rasa cemas, kita akan sering terlibat kedalam marabahaya, atau terlambat mengantisipasi kegagalan di masa depan. Udah ada dari jaman nenek moyang. Tapi coba kita lihat kecemasan pada jaman batu dan jaman sekarang.
Worry pada masa purba itu life or death. Waktu menjelang malam, kita mesti worry membawa kewaspadaan atas binatang buas yang bisa menerkam. Kita mesti worry apabila tidak dapat hasil buruan hingga akhir hari, karena nanti berdampak pada kesehatan keluarga yang tidak dapat makan. Yah, worry yang pada jaman purba itu life or death situation. Pada jaman sekarang, worry yang sering datang hampir tidak sampai ke tingkat ekstrim itu. Tapi sensasi worry yang dirasakan nenek moyang dan kita itu masih sama. Yang akhirnya kita salah mengintrepretasikan worry ini.
Kecemasan seperti rasa emosi lainnya, ada plusnya ada minusnya. Plusnya adalah, apabila kita bisa menggunakan kecemasan ini menjadi hal yang positif, apabila bisa. Dan sadly, minusnya berdasarkan pengalamanku, melebihi dari plusnya.
Kecemasan membuat kita tidak bisa berada dalam kondisi prima. Kecemasan akan meniadakan clear thinking, dan akhirnya kita tidak bisa memberikan output maksimal kepada kreasi dan kreatifitas kita. Kecemasan hanya memperlambat kita melakukan suatu task, karena terhalang oleh perasaan takut atas masa depan.
Kalau kalian pikir lagi, misal ada suatu kejadian yang membuat kalian cemas, secara basic, kalian itu sebenarnya tidak akan bisa mengubah apapun dimasa depan. Semakin cemas, kalian tidak akan mengubah apapun, kecuali kalian action. Disisi lain kecemasan malah mengurangi outcome dari action yang kalian lakukan dan akhirnya, apa yang kalian cemaskan malah beneran kejadian. Jadi kecemasan hanya menghambat.
Yang bisa kita lakukan adalah, kurangi kecemasan, percaya bahwa cemas itu tidak ada gunanya, lebih baik fokus kepada momen ini untuk aksi, dan percaya bahwa setiap balok balok aksi yang kita lakukan, akan menghindari proyeksi masa depan yang kita cemaskan.
Kecemasan bisa juga menjadi pertanda bahwa, kejadian ini itu belum pernah terjadi di hidup kita, new experience, yang kita harus dapatkan, harus lewati, harus pelajari agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik.