Fandy Aditya
Pain to sustain. Pain berarti sakit, sustain berarti bertahan. Pain to sustain berarti agar bisa bertahan harus ada rasa sakit yang bisa terima.
Ini sebenarnya bisa ada di banyak hal, contoh yang akan kita bahas sekarang adalah ketika kita membangun massa otot. Kita memang harus bersakit-sakit dahulu agar otot ini bisa terlatih dan membesar. Secara biologis otot literally “terluka”. Dan luka itu harus diobati dengan protein, the god’s nectar, baru dia bisa membesar.
Keangkuhan tidak akan bikin berhasil, tapi keberhasilan akan bikin angkuh.
Fakta ini yang digunakan oleh kasino dan judi online untuk menyandukan para korbannya. Kita bilang korban, karena mereka memang terlihat secara sadar untuk melakukannya, tapi sebenarnya mereka itu termakan oleh sistem. Tanpa ada force untuk merubah, maka pasti akan terjerumus.
Sampai ada istilah Begineer’s luck . Karena ini adalah suatu fenomena dimana para pemula itu beruntung untuk menang, dapat hadiah dari suatu event atau apa.
Kepercayaan dan perasaan. Kepercayaan mempengaruhi perasaan, dan perasaan mempengaruhi kepercayaan.
Coba ingat momen dimana kalian menyiksa diri kalian sendiri karena tindakan dan pikiran itu berlandaskan atas kepercayaan. Coba ingat juga momen dimana kalian tidak bisa menentukan sesuatu, plinplan, indecisive, karena sekedar “perasaan” tidak enak.
Kenapa orang susah mengubah kepercayaan karena mereka menyamakan kepercayaan dengan identitas. Kepercayaanku adalah aku. Dan ketika kepercayaan itu dilawan, dipertanyakan, ia akan defensif karena apabila ia percaya, berarti sama saja ia menganggap diri dia sendiri itu salah.
Desentisasi adalah suatu keadaan dimana kita tidak meraskan gejolak dalam diri karena standar gejolak itu sudah tinggi, sehingga sesuatu yang seharusnya menggejolak, sudah tidak ada rasanya. Entah itu di aspek asrama, suasana yang menegangkan, traveling, momen kebahagiaan dan lain-lain. Tidak bisa membuat senang atau takut atau deg-degan.
Secara sains itu semua karena kadar dopamin dalam diri. Baseline dopamin pada tubuh kita kita sudah terlalu tinggi sehingga, untuk menggerakan itu, butuh sesuatu yang sangat merangsang, agar bisa naik lagi dan agar kita bisa merasakan gejolak-gejolak itu lagi.
On Trias Politica Trisa Politica adalah suatu konsep pemisahaan kekuasaan di negara. Legislatif, Eksekutif, Yudikatif. Legislatif yang buat undang-undang, Eksekutif yang menjalankan undang-undang, Yudikatif yang memantau, apakah undang-undah sudah sesuai dengan konstitusi atau hukum tertinggi negara. Kalo di Indo yaa UUD 1945
Konsep ini sudah ada dari dulu dan digunakan juga oleh Indonesia. Supaya kekuasaan negara tidak absolut dan demokrasi bisa ditegakan, karena tidak ada kekuasaan yang semenang-menang
Yang terjadi sekarang adalah, pelanggaran prinsip oleh lembaga legislatif, yang ingin membuat atau merisivisi undang-undang tandingan, setelah keputusan MK terkait syarat pencalonan pemilu daerah.
Tulisan reminder buatku kalau, aku ngerasa, sejak masuk dunia perkantoran aku orangnya makin serius. Aku ngerasa aku yang dulu itu orang yang lumayan lucu. Tentu saja orang yang lucu tidak akan ngaku dia lucu, tapi itu yang aku rasakan. Tapi sekarang, segala kreatifitas untuk ngelucu itu sudah sangat berkurang. Otak ini sudah tidak mengerahkan energi untuk itu. Semua serba ditahan, dan lebih menghabiskan energi ke hal-hal ketakutan untuk menyinggung suatu orang atau hal.
Hari ini bertepan 1 bulan tidak ngepost di blog. Disetiap kesempatan aku selalu mention untuk ingin mengembalikan kebiasaan menulisku, tapi akhirnya itu hanya menjadi sebuah postingan, tidak pernah bisa mengimplementasikannya. Apa yang berbeda di tahun 2021-2022 adalah, dulu aku menganggap kebiasaan menulis itu adalah goals. Dan itu sudah tercapai. Sehingga motiviasi untuk menulis itu sudah redup. Sekarang ada goals lain yang ingin dicapai. Entah ini coping atau tidak, tapi itu yang aku rasakan sekarang.
Adalah benar. Kenapa itu benar ya karena memang benar. Nasihat kebanyakan itu bagaimana caranya kita hidup dengan benar. Dan hidup, itu sebanarnya tidak jauh berbeda semenjak manusia pertama kali diciptakan. Dan masalahnya itu itu aja, tentu karena perkembangan teknologi, masalah itu kulitnya berbeda.
Sama halnya dengan nasihat. Disetiap kitab di setiap agama pasti akan tercantum nasihat yang sekarang kita dengar, tapi dengan frasa yang memang berbeda. Kadang tersirat, kalau hoki bisa dapat yang tersurat.
Barusan ada video dari asian boss, 30 menit, deep interview beberapa lokal tokyo, bertanya bagaimana pendapatnya terkait birth rate declining di jepang.
Dari beberpa orang, sebenarnya hanya 1 orang saja yang, bisa kita bilang careless terhadap issue ini. Sisanya, memang masih memiliki semangat untuk yaa, berkembang biak dan make japan great again. Tidak ada juga yang rasis terhadap solusi pemerintah sana yang lagi bergembor gembor untuk import imigran buat tinggal disana.
Perang adalah salah satu dari kegiatan manusia, yang memang akan terus terjadi mau sampai kapanpun. Sejarah, fiksi, semua sudah nge-menntion perang ini.
Tapi, penjajahan, itu berbeda dengan perang. Perang pun, walaupun saling bunuh bunuhan, ada rulenya. Salah satunya tidak boleh menyerang sipil. Karena, kita semua semacam mufakat, ada sebuah moral bersama, walaupun semua menyebutkan perang memang tidak terelakan. Akan selalu ada konfilk, ataupun “konflik” yang berasal dari sifat dasar manusia yang tidak pernah puas, dan menyebabkan peperangan.
Karena mereka punya duit jadi dikasi ijin. Intinya gitu aja. Ketika ada dari pihak berwenang yang mengijinkan, pasti bisa. Dan kita, local, pasti juga ada yang diuntungkan, entah itu dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang. Tapi, mereka tidak melihat dampak dari itu, mereka hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri dan keluarga dan kerabat, tidak melihat dampak 50 tahun kedepan.
Minggu lalu ada 1 post sosial media yang bikin emosi. Ada google maps, ngeblock di daerah canggu dan ada tulisan “the new moscow”.
Mungkin judulnya, lebih tepat ke: “Start dari satu kebiasaan”.
Kebiasaan sekuat itu, hanya dengan satu kebiasaan, sebenarnya bisa membuat hidupmu, berubah 180%
Kebiasaan bangun siang, kebiasaan makan gorengan, kebiasaan gigit kuku, dan kebiasaan yang lain. Seharusnya kita sudah tau lah ya mana kebiasaan buruk dan tidak, tapi ya, namanya kebiasaan, ya susah untuk tidak dilakukan.
Jadi cara supaya paling mudah supaya kita bisa mudah untuk memulai, start untuk mengurangi kebiasaan yang berpotensi menghalangi kita untuk mencapai tujuan kita.
Ketika kita menonton film box office, kita pasti mencari-cari bagian serunya dari film itu dimana. Bagian seru biasanya konflik yang menjadi rintangan pemeran utama, untuk menuju goals yang ia inginkan. Kita pasti mencari itu, karena itulah yang bakal kita di kemudian hari.
Ketika kita nonton spiderman no way home, kita akan ingat, ketika aunt may yang dibunuh oleh goblin.
Ketika kita nonton Dune Sequel 2, kita ingat ketika Paul nge-silence si madam bene gesserit itu.
Merasa inferior itu manusiawi. Walaupun manusiawi, rasa inferior yang sering muncul juga memberikan dampak yang tidak baik. Rasa inferior itu adalah pertanda bahwa kita sedang berada di kondisi yang tidak secure. Entah itu karena kita merasa berada disekitar orang-orang yang “besar”, atau kita berhadapan pada peristiwa yang tidak bisa kita hadapi. Rasa kekurangan atas suatu momen, yang memang faktual, atau hanya di bayang-bayang.
Sampai sekarang di beberapa momen aku masih merasa inferior.
Ada fenomena dimana, ketika kita ingin melakukan sesuatu, punya goals, punya mimpi. Pingin buka usaha, pingin bikin start up, pingin ini, pingin itu, jangan bilang dulu ke orang-orang, karena nanti ujungnya pasti gak jadi.
Banyak kejadian, dan dari diriku juga sangat sering terjadi. Yang terakhir aja deh di post ini:
Checkpoint, On IQ
Secara aktual, aku tidak rajin. Exam terus ku reschedule, ku tunda karena tidak belajar. Waktu ada, 30 menit sehari itu sudah cukup, tapi tidak pernah dibuka.