Fandy Aditya
Kepuasan terhadap hal yang tidak berfaedah. Inilah yang disebut distraksi.
Aku percaya, kita as manusia memang di design untuk selalu mejaga keutuhan peradaban. Cara untuk menjaga peradaban adalah dengan selalu mencari sesuatu yang baru, agar peradaban bisa lebih cepat, dan bisa terjaga, dan bisa lebih aman dan nyaman.
Melakukan sesuatu yang baru itu sulit. Butuh hunger seseorang untuk memulai dan menachieve itu. Hunger ini sebenarnya diciptakan pada diri kita as human.
Peran buku selama 5 tahun terakhir menjadi faktor terbesar dalam pengembangan diriku. Tapi faktor itu semakin eksponen setelah aku juga mulai menulis.
Menulis membutuhkan sesuatu untuk dibaca, sehingga mau enggak mau kalau mau nulis harus banyak baca. Kedua aktivitas ini saling timbal balik untuk memberikan pengembangan diriku selama 5 tahun.
Ada sedikit penyesalan mengapa aku tidak aktif membaca dan menulis waktu SMA atau Kuliah. Tapi disisi lain aku juga tau karena, apapun yang aku baca waktu itu, walaupun konten dan buku yang ku konsumsi sama seperti sekarang, yang bisa diserap pasti beda.
Amarah adalah salah satu emosi. Di pergaulan banyak yang salah kaprah, menyamakan emosi itu dengan marah. Marah adalah salah satu emosi, dan emosi itu belum tentu marah. Contoh emosi lain: nangis, takut, senang.
Banyak hal memicu amarah dan tiap orang beda-beda. Kadang kita ngeliat: “Kok gitu doang marah”, atau orang lain juga liat ke kita, “Kok gak marah sih digituin”
Amarah sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Tapi seperti hal di dunia ini, yang negatif pun ada sisi positifnya.
Januari kemarin aku kebagian buat ikut training AWS. Solution Architect AWS yang harga trainingnya lumayan mahal. Dapat voucher untuk mengikuti sertifikasinya, dan akan expired di tanggal 22 April nanti.
Udah lama gak belajar kayak gini, karena kalau melihat kisi-kisi, soal sertifikasinya beneran kayak soal ujian SMA. Yang materi banget, buku banget. Harus hafal detail-detail gitu kayak ujian biologi.
Aku menyadari bahwa, apabila dipertemukan dengan foreign knowledge, ilmu yang bener-bener baru buatku, aku membutuhkan 2x-3x pengulangan supaya bisa memahami.
Jiwa ini selalu berkonflik apakah mesti menjadi orang baik atau orang yang tidak baik. Dimana kita tau, orang-orang yang tidak baik, sangat sering meraup benefit daripada orang yang baik. Orang yang tidak mengikuti aturan selalu lebih sukses daripada orang yang baik. Orang yang menghalalkan segala cara akan selalu mendapatkan yang ia ingin dapatkan didunia ini. Kita selalu di coping, bahwa “Nanti di dunia akhirat, atau di dunia selanjutnya akan berbalik”. Which is, sesuatu yang tidak pernah bisa dibuktikan.
Generasi disebut generasi karena ada sekelompok orang, yang terpetakan berdasarkan lintas waktu mereka lahir dengan keseragaman atas pemikiran dan tindakan mereka.
Pasti kalian sering mendengar semacam:
“Jaman dulu 2000an awal itu jaman paling enak, bisa main dijalanan, hujan hujanan, rame. Sekarang anak-anak di dalem rumah, gak asik, main hape terus.”
Atau:
“Kalian ini hidup enak, dulu bapak perlu nyebrang sungai pake flying fox buat berangkat ke sekolah”
Sentimen terhadap generasi yang berbeda biasanya seperti ini: Generasi yang lebih tua tidak suka dengan yang lebih muda dengan alasan lemah, lembek dan manja.
To: Pebri Pranata
Cuma 2 tahun bersama, tapi intensitas masa SMA membuat itu terasa lama. Sudah 10 tahun tidak bertemu, tapi mendengar kabar di tanggal 9 itu, sudah tidak bisa bertemu selamanya. Kamu adalah teman yang baik, dan itu akan menjadi valid di ingatanku selamanya.
Kuyakin dirimu akan mendapatkan tempat terbaik disana. Adanya teman dan keluarga yang baik di sekelilingmu adalah bukti atas hidup baikmu di dunia.
Rest In Peace brother.
Aku start membaca buku dengan intens dan sadar itu di tahun 2019. Waktu itu masih ramai-ramainya teman dan rekan merantau. Ketemu di pura senior cerita, beli kindle aja, baca buku unlimited. Di bulan-bulan awal atas akses ke adult money aku langsung tergiur si kindle. Darisana, journey membaca bukuku di mulai.
Walaupun sampai sekaran baca di kindle sudah jarang, lebih suka baca di buku asli. Tujuan awal membeli kindle supaya lebih minimalis malah balik ke oldschool.
Dulu katanya manusia itu adalah cowok cewek jadi satu. Punya 4 tangan, 4 kaki, 4 mata, dan punya dua kelamin. Tapi karena saking kuatnya manusia itu, kuat dibidang raw power, dan kecerdasan, dan emosi, ia menjadi angkuh, dan mencoba untuk melawan dewa.
Karena melihat manusia menjadi seperti itu, dewa menghukum manusia, dibelah menjadi 2 sama rata. Jadilah manusia seperti sekarang, 2 mata, 2 kaki, 2 tangan. Satunya pria, satunya wanita. Tapi, karena by nature kita itu satu, makanya kita akan selalu tertarik ke lawan jenis, karena ingin kembali lagi menjadi satu, walaupun tidak secara harfiah.
Hari ini aku di kampung halaman, rumah nenek karena lagi merayakan hari raya galungan. Selamat Galungan!
Rumah adat Bali jaman dulu dimana 1 halaman itu dihuni oleh banyak kepala keluarga. Contohnya di rumah nenek ini. Ada 5 kepala keluarga dalam satu halaman yang super luas. Kenapa seperti itu, dan aku coba andai-andai alasannya.
Jaman dulu mungkin masih tidak seaman sekarang. Well, walaupun sekarang dunia juga tidak aman, tapi jaman dulu, tidak ada teknologi untuk membantu mengamankan kondisi dan lingkungan seperti sekarang.
Mau marah tapi malah nangis, marah tapi sampai banting banting barang, suka nyindir dan berbagai macam tingkah jelek lainnya. Ada kesaamaan tingkah laku diatas dengan bayi nangis karena haus mau minum susu. Tidak bisa mengekspresikan atau mengkomunikasikan pesan, emosi dan keingingan.
Kenapa kita tidak bisa mengekspresikan emosi atau keinginan itu alasannya ada dua. Karena memang emosi dan keingingan itu hal yang tabu, tidak umum dilakukan di lingkungan sosial sekitar, atau ya kitanya aja memang jarang aja melakukan itu.
Kapan bulan mba pacar nanya terkait hubungan temannya. Masalah klasik, si cewek berpenghasilan lebih tinggi dari si cowok. Kalau kita melihat di sosial, masyarakat menjadi 2 kubu besar. Yang menjadikan itu masalah dan tidak. Secara simple jujur aku tim yang pertama, disisi lain aku tau tim kedua memiliki alasan juga. Setelah diskusi akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa:
Apabila si cowok memiliki goals, memiliki integritas dan driven, harusnya tidak masalah.
Cowok itu akan selalu memiliki kapasitas untuk haus, lapar, agresif.
Kita memang beberapa kali pasti suatu momen pernah merasakan ini, tapi sensasi ini aku mulai sadari penuh ketika aku ke gunung batur di pertengahan tahun 2021.
Melihat begitu menakjubannya gunung batur dari beranda kecil di penginapan. Majestic. Bikin merinding, tapi disisi lain bikin tenang. Membuatku jadi langsung sadar bahwa, kita itu sangat kecil. Apalagi masalah-masalah kita. Masalah kita itu sangat sangat kecil di hadapan gunung ini, di hadapan semesta ini. Kita hanya individu di bumi, dan hanya debu di angkasa raya, dengan ratusan juta planet-planet yang masih menjadi misteri.
Apa yang kamu lakukan, apabila kamu tau umurmu sudah tidak panjang?
Resign dari kerjaan Melakukan hobi yang sudah lama ingin dilakukan Mengutarakan perasaan Minta maaf ke orang-orang yang pernah disakiti Meluangkan waktu lebih banyak ke keluarga Melakukan sesuatu bersama seseorang yang penting di hidup Atau
Menjarah, mengambil semua yang diinginkan yang bukan miliknya Melawan hukum, bertindak sesukanya, brutal Mungkin ini posibilitasnya
Kadang kita lupa bahwa kita itu sebenarnya tidak hidup abadi.
Udah lama banget nih gak nulis. Terakhir nulis tanggal 1 january 2024. Sekarang tanggal 18 january. Berarti sudah, 17 hari. Dua minggu 3 hari tidak ada update di blog. Ok sekarang kita update.
Sejak awal tahun aku mengalokasikan waktu untuk ngoding buat hackathon. Pagi bangun, lanjut workout kalau enggak langsung kerja. Terus sore makan, dan malemnya dari jam 10 start ngoding untuk Hackathon, minimal 2 jam lah. Terus seperti itu hingga 15 january kemarin, akhirnya kelar juga.